Surabaya – 5 Juli 2024 – Hari ini, Relawan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) Indonesia merayakan tonggak sejarahnya yang ke-13 tahun di Indonesia, dengan berbagai upaya untuk menjadi pionir dalam meningkatkan literasi digital dan kesadaran teknologi di tengah masyarakat.
Komitmennya untuk Teknologi yang Aman dan Bermanfaat
Ketua Umum Relawan TIK, Fajar Eri Dianto, menyampaikan bahwa kehadiran relawan TIK bertujuan untuk menjamin penggunaan teknologi yang aman dan nyaman bagi semua. Hal ini disampaikannya dalam acara peringatan, di mana jejak relawan TIK selama 13 tahun mencakup berbagai inisiatif mulai dari pendidikan penggunaan email, media sosial, hingga dampak teknologi modern yang semakin bervariasi.
Tantangan dan Tanggung Jawab di Era Digital
Namun demikian, Fajar juga menyoroti fenomena negatif seperti peningkatan pinjaman online dan perjudian online yang meresahkan. Menurutnya, ini menuntut tanggung jawab relawan TIK untuk meningkatkan literasi dan kompetensi masyarakat dalam penggunaan teknologi. “Kami memiliki Artika (Akademi Relawan TIK) sebagai wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota kami sesuai dengan kebutuhan lapangan,” katanya.
Peran Strategis Relawan TIK
Fajar berharap RTIK dapat menjadi contoh kota dengan indeks literasi digital yang baik. Dia mengajak anggota relawan TIK dan akademisi untuk mengembangkan program-program edukatif yang menjangkau berbagai kalangan, dari sekolah dasar hingga masyarakat umum, untuk menggunakan teknologi dengan bijak. “Kita harus bersama-sama mencegah penggunaan teknologi yang tidak bertanggung jawab, seperti perjudian online dan pinjaman online yang merugikan,” ucapnya.
Menghadapi Kompleksitas Teknologi Modern
Seiring dengan tema tahun ini tentang kolaborasi dan sinergi, Fajar menggarisbawahi kompleksitas dampak teknologi saat ini, termasuk masalah kebocoran data pribadi yang mengkhawatirkan. Meskipun demikian, dia menegaskan pentingnya menjaga kesadaran masyarakat untuk menggunakan teknologi secara etis dan bertanggung jawab.
Masa Depan Literasi Digital Indonesia
Dalam upaya memperkuat literasi digital, Fajar menyatakan harapannya agar teknologi tidak lagi menjadi kambing hitam, tetapi menjadi alat yang mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. “Kami memiliki 4 pilar literasi digital, di antaranya etika dan budaya. Kami ingin masyarakat kita menjadi pengguna teknologi yang cerdas, tidak terpengaruh oleh tren negatif seperti FOMO (Fear of Missing Out) dan YOLO (You Only Live Once),” jelasnya.
Kontribusi Tanpa Mengenal Batas
Selama 13 tahun perjalanannya, Relawan TIK In200donesia terus berkontribusi tanpa pamrih. Mereka tidak menerima gaji dan mengandalkan semangat sukarela untuk menjalankan misi mereka sebagai pendamping teknologi bagi masyarakat. “Ini adalah panggilan untuk kami semua untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik dalam mendampingi masyarakat dalam era digital ini,” tutup Fajar.
Dengan semangat ini, Relawan TIK Indonesia berharap dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan teknologi yang semakin kompleks.